RumahMigran.com – Beredar video di media sosial aksi bocah SD membakar piagam dan pialanya. Disinyalir alasan dari sang bocah membakar belasan piagam tersebut dikarenakan kecewa karena tidak diterima di SMPN 1 Kajen.
Bocah SD yang membakar piagam dan piala tersebut diberitakan kecewa terhadap sekolah favorit yang menolaknya. Usaha yang diupayakan oleh ayahnya untuk bisa masuk sekolah favorit tersebut, sia-sia.
Siswa dalam video bocah SD bakar ijazah dan piagam tersebut bernama Yumna (12), lulusan dari SDN 02 Pekeringanalit.
Saat dimintai keterangan oleh media, hanya orang tuanya yang ditemui. Sugeng Wiyoto, sang Ayah mengatakan pembakaran belasan piagam tersebut dilakukan oleh anaknya lantaran kecewa karena piagam tersebut sudah tak berlaku lagi.
Piagam tersebut adalah hasil jerih payah selama mengikuti berbagai kejuaraan seni dan agama tingkat kabupaten Pekalongan.
Berbagai kejuaraan yang diikuti diantaranya adalah seperti menulis halus, cerita islami, adzan, bernyanyi bahkan berhasil menyabet gelar juara satu.
Baca Juga: Viral Bayi Bernama Google di Bekasi, Punya Arti Nama Yang Mulia
Sugeng menambahkan bahwa bukannya tidak pernah berupaya mendaftar ke sekolah yang diinginkan anaknya tersebut, namun dirinya telah berupaya mendaftar ke SMPN 1 Kajen, dan terkendala dengan aturan zonasi yang ada.
Minimnya sosialisasi dinas pendidikan terkait PPDB yang melalui tiga jalur yakni jalur zonasi, jalur prestasi dan jalur perpindahan orang tua, membuat anaknya terjebak dalam zonasi.
Hari pertama pendaftaran Sugeng mengantarkan anaknya melakukan pendaftaran online namun melalui jalur zonasi.
Baca Juga: 10 Jembatan Paling Mengerikan di Dunia, Yang Bikin Merinding
Namun oleh guru dan kepala sekolah dasar, disarankan untuk masuk jalur prestasi. Pada hari kedua, dirinya mendaftar ke jalur prestasi namun tidak bisa, mengingat sudah mendaftar di jalur zonasi. Hasilnya, karena jarak sekolah 1,8 km dari rumahnya anaknya tidak masuk ke SMPN 1 Kajen.
“Sebagai orang tua kecewa ya kecewa. Kita sudah mendaftar ke jalur prestasi kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa, harusnya daftar di sekolah di luar zonasi,” ungkap Sugeng.
Rasa kekecewaan inilah yang membuat sang anak kemudian nekat membakar semua piagam penghargaan karena dinilai tidak berguna. “Piagam tidak diperlukan lagi katanya,” tambah Sugeng
Meskipun kecewa dengan sistem yang ada namun pihaknya tetap berbesar hati dan memberikan pengertian pada sang anak agar tidak kecewa berkelanjutan.
“Sudah saya daftarkan ke sekolah swasta. Ya seharusnya dengan sistem seperti ini pihak pemerintah menyediakan banyak sekolah negeri dulu,” jelasnya.
Peristiwa bocah SD bakar piagam dan piala memang patut disayangkan, mengingat sang bocah termasuk berprestasi. Memang, jalur zonasi untuk tahap mendaftar sekolah bagi siswa yang hendak melanjutkan pendidikan ke SMP ataupun SMA cukup merepotkan dan dianggap sebagian pihak malah membuat susah para orang tua siswa dan siswa itu sendiri.
Dan para orangtua beranggapan, bahwa sistem zonasi belum tepat diterapkan hingga sosialisasi yang cukup dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.