RumahMigran.com – Sahabat Migran, tahu tidak? Ternyata di Jepang terdapat festival obon, yaitu untuk memperingati perayaan hari kematian seseorang seperti di Indonesia.
Mirip dengan adat Islam seperti 7, 100, 40 dan 1000 hari. Jepang memiliki keunikan dalam memperingati anggota keluarganya yang telah meninggal.
Baca Juga: Hilangnya 5 Peradaban Maju Yang Pernah Ada di Bumi, Masih Sisakan Misteri
Masyarakat Jepang memiliki banyak sekali budaya yang menarik banyak wisatawan untuk sekadar menikmati gelaran perayaan budaya tersebut dan ada juga yang mengabadikan ke dalam bentuk foto dan video yang menyimpan banyak kenangan.
Salah satunya adalah Festival Obon atau Festival Obon Matsuri merupakan sebuah tradisi menyambut kehadiran arwah leluhur yang kembali bersama keluarga di bumi tradisi memperingati kematian seseorang di Jepang.
Masyarakat Jepang percaya bahwa ada satu waktu dalam setahun, di mana arwah keluarga yang telah meninggal akan datang mengunjungi keluarga yang masih hidup. Diadakakan pada saat musim panas, festival ini begitu menarik minat banyak warga Jepang untuk mengikutinya.
Baca Juga: 6 Tempat Indah di India Ini, Cocok Dinikmati Sahabat Migran Saat Libur Kerja
Festival Obon seringkali dikaitkan dengan Halloween. Padahal Festival Obon merupakan bentuk penghormatan untuk leluhur dan orang-orang terkasih yang telah meninggal.
Karena Festival obon jatuh pada liburan musim panas, dimana banyak karyawan yang mengambil cuti, maka tidak ditandai dengan tanggal merah pada kalender Jepang.
Obon dimulai dengan kegiatan Mukaebi yakni kegiatan dimana orang-orang akan membuat api unggun kecil di depan rumah, hal ini bertujuan untuk membimbing para roh untuk kembali ke rumah dan berkumpul bersama mereka.
Baca Juga: Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, Qatar Pasang AC di Luar Ruangan
Altar keluarga yang sudah meninggal pun diletakkan benda-benda semacam peringatan kecil, seperti buah-buahan, bunga, dan manisan Jepang. Ada juga yang meletakan benda-benda kesukaan mereka sewaktu hidup.
Sementara itu, di beberapa desa terpencil di Jepang, ada yang meletakan pajangan kuda yang terbuat dari timun, sapi yang terbuat dari terong, dengan harapan bahwa kuda akan membantu arwah kembali ke rumah sesegera mungkin, sementara sapi akan membawa mereka kembali ke surga.
Baca Juga: Terjawab Sudah, Mengapa Kamar Hotel Tak Menyediakan Guling dan Jam Dinding
Konon, Festival Obon atau Obon Matsuri berasal dari sebuah cerita dalam kitab suci agama Buddha. Dalam kitab tersebut diceritakan seorang murid menemukan ibunya tinggal di Realm of Hungry Ghosts.
Tempat itu berisi arwah yang menderita kelaparan dan kehausan. Kemudian ia mendengar instruksi dari Sang Buddha untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi orang tuanya yang telah meninggal.
Ia juga ditugaskan untuk memberikan persembahan pada para bhiksu, setiap tanggal 15 di bulan ketujuh sebagai ungkapan syukur dan rasa hormat. Kabarnya, persembahan inilah yang nantinya akan membebaskan mereka dari siksaan kekal ketika meninggalkan dunia.
Cerita tersebut yang menjadi alasan bagi keluarga di Jepang untuk kembali ke rumah kelahiran mereka pada tanggal 13-15 di bulan Juli atau Agustus.
Baca Juga: 6 Hal Ini Dilarang Dilakukan di Dalam Toilet Pesawat
Setelah ritual, biasanya mereka akan makan siang bersama sambil bercerita dan mengenang mendiang keluarga yang sudah meninggal. Selain itu penduduk Jepang meramaikan perayaan Obon dengan menampilkan Bon Odori.
Bon Odori merupakan tarian rakyat setempat yang menjadi salah satu ciri khas dari festival ini. Karena tarian ini sederhana, semua orang dapat ikut serta tanpa harus memiliki keterampilan menari.
Dalam Bon Odori para penari akan menggunakan kostum dan dirias seperti tokoh dalam cerita rakyat populer. Tanggal 16 Agustus disebut dengan acara Okuribi yakni kegiatan yang diakhiri dengan api unggun dengan tujuan melihat arwah leluhur ke dunia bawah.
Tertarik ingin melihat dan mengikuti atraksi Festival Odon ini Sahabat Migran? Yuk, Tamasya ke Jepang!