RumahMigran.com – Meskipun sekarang mudah untuk mengirim uang dari luar negeri ke Indonesia, dalam hitungan hari bahkan menit sudah sampai tanah air, namun tak sepenuhnya dinikmati masyarakat Lombok Timur.
Maraknya Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengirim uang dengan mudah kepada keluarga di kampung halaman dengan cara yang berisiko, membuat Bank Dunia di Indonesia melalui Program Greenback 2.0 menjembatani remitansi uang dari PMI dapat lebih mudah.
Mencontohkan di daerah Lombok Timur, banyak keluarga miskin di sana mengharapkan kiriman uang dari anggota keluarga yang merantau di luar negeri, karena itu satu-satunya sumber penghasilan.
“Kalau bukan waktu panen, kami hanya punya kiriman uang untuk bertahan hidup,” aku Radiah, seorang petani yang suaminya bekerja di Malaysia.
Bagi kebanyakan masyarakat di Lombok Timur, kiriman uang dari anggota keluarga mereka yang merantau di luar negeri, merupakan satu-satunya sumber pemasukan selain hasil panen yang lama.
Baca Juga: Berapa Batas Maksimal Pengiriman Uang Dari Arab Saudi ke Indonesia?
Namun, seiring banyaknya PMI yang mengirim uang ke Lombok Timur, malah menimbulkan kekhawatiran dari pihak keluarga penerima.
Tak semuanya menikmati fasilitas mudah mengirim uang dari luar negeri ke Indonesia. Penyebabnya adalah PMI menggunakan jasa perantara pemilik rekening bank yang mereka bayar untuk mengirimkan uang dengan mentransfer uang ke rekening pihak keluarga penerima, istilah lainnya titip rekening.
Resikonya memang besar, sebab bisa saja sewaktu-waktu jumlah yang mereka kirim berkurang dan mungkin saja bisa hilang dibawa lari si pemilik rekening yang dibayar.
Herman Fauzi, seorang perantara yang memiliki rekening untuk dititipkan uang Pekerja Migran, mencatat semua pengiriman dan penarikan uang yang dikirim melalui rekening banknya.
Mengapa para pekerja migran memilih untuk menggunakan jasanya? “Kadang-kadang,” kata Fauzi, “mereka memakai jasa saya karena mereka tidak percaya dengan keluarganya.” akunya.
Contoh kehilangan karena pernah terjadi kepada Tanwir, seorang Pekerja Migran yang bekerja di perkebunan sawit di Malaysia.
Baca Juga: Begini Kisaran Gaji Bekerja di Taiwan, Tertarik Kerja di Sana?
Uangnya yang ditabung bertahun-tahun hilang begitu saja, hanya karena puteri saudaranya yang mengurusnya tidak mengakui uangnya dia simpan.
Awalnya, Tanwir mengirim uang ke desanya, lewat saudara perempuannya.
Tetapi kemudian saudaranya tersebut meninggal dan uangnya dikelola oleh putri saudaranya. “Waktu saya meminta uangnya, ia mengaku tidak tahu, padahal ia yang selalu pergi ke bank,” kata Tanwir penuh penyesalan.
Tantangan Mengelola Pengiriman Uang Disebabkan Oleh Rendahnya Layanan Keuangan dan Tingkat Kesadaran
Jumlah pekerja migran terbanyak dari Indonesia berasal dari Lombok Timur. Namun layanan keuangan di daerah ini masih terbatas.
Pelayanan yang kurang, tingkat kesadaran masyarakat tentang layanan fasilitas di bank, juga rendah.
Lokasi yang terpencil tingkat pendidikan yang sangat rendah terlalu takut dalam menyimpan uang dalam jumlah yang besar masih menjadi kekhawatiran banyak masyarakat Lombok Timur.
Program Greenback 2.0 Membantu Pengiriman Uang Lebih Terbuka, Praktis, dan Sama Rata
Untuk meningkatkan pasar jasa pengiriman uang dan dampaknya bagi Indonesia, Bank Dunia memperkenalkan Program Greenback 2.0 yang didukung oleh Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), serta Pemkab Lombok Timur dan Pemda Nusa Tenggara Barat.
Program ini bertujuan meningkatkan sistem yang praktis dan terbuka di pasar pengiriman uang, melalui pendidikan keuangan dan menyertakan lebih banyak orang dalam sistem keuangan.
Program Greenback 2.0 juga dapat memfasilitasi pembayaran digital, bekerjasama dengan program perlindungan sosial pemerintah dalam hal pengiriman bantuan tunai dan juga dengan pihak swasta, guna memperluas jaringan layanan pembayaran.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Sopan Orang Indonesia Ini Justru Dianggap Kasar di Negara Lain loh
Sektor swasta telah menyambut baik program ini, dan mulai berpartisipasi di desa-desa di daerah Lombok Timur.
Dalam jangka panjang, Greenback 2.0 bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, kiriman uang dapat merupakan investasi produktif dan menciptakan lapangan kerja.
Beberapa pilihan ini bisa membantu pengirim uang menggunakan jalur yang lebih aman.
Pengiriman Uang adalah Hal Yang Besar Karena Jumlahnya Yang Besar
Antara tahun 2013 hingga 2015, jumlah Pekerja Migran dari Indonesia turun dari 512.000 menjadi 275.000, akibat keputusan pemerintah Indonesia yang menghentikan pengiriman tenaga kerja ke Timur Tengah.
Meski jumlah tenaga kerja turun, jumlah pengiriman uang pada periode yang sama naik dari $4,4 miliar menjadi $9.4 miliar.
Pada tahun 2014, jumlah kiriman uang ke Indonesia setara dengan 1% GDP Indonesia.
“Ada pergeseran dari pekerja tidak terampil menjadi semi terampil, juga ada kenaikan gaji di negara-negara tujuan,” kata Lisna Yoeliani Poeloengan dari BP2MI.
Membuat pasar jasa pengiriman uang menjadi lebih terbuka, praktis, dan sama rata, dapat membantu kebutuhan layanan pengiriman uang para pekerja migran untuk keluarga mereka di kampung halaman.
Terakhir, Mudahnya kirim uang dari luar negeri tempat Pekerja Migran bekerja ke Indonesia, harus lebih mudah dan cepat, supaya pihak penerima dan pengirim tidak lagi kuatir akan kehilangan uang yang dikirimkan.
saya mau bertanya
bagaimana cara mengirim uang dari singapura ke indonesia, dengan kondisi tidak bisa keluar kemana-kemana karena lockdown, dan hanya memiliki uang cash pecahan dollar singapura?
Untuk informasi pengiriman uang selama Pandemi, Sahabat Vicky Afriandi dapat menggunakan media Western Union, calon pengirim uang dapat mengirimkan uang tanpa harus datang ke loket pengiriman uang yang ada di luar rumah. Artinya, dalam kasus Sahabat Vicky Afriadni, maka petugas Western Union akan datang jemput bola untuk mengambil uang yang akan dikirimkan ke negara yang bersangkutan. Demikian informasi yang dapat kami beritahukan kepada Sahabat yang baik. Salam hangat untuk keluarga, semoga Pandemi ini lekas berakhir ya!