Rumahmigran.com – Menjadi PMI di Hong Kong, itulah alasan Nuning dan Santi ke Hong Kong. Bukan untuk berlibur atau berbelanja seperti orang banyak, mereka berdua ke Hong Kong untuk bekerja menjadi asisten rumah tangga di Hong Kong.
Dilansir dari kumparan.com, menurut Nuning yang hendak bekerja ke luar negeri, ini adalah kali pertama ia naik pesawat dan pergi ke luar negeri. Kali ini adalah penerbangan ini yang pertama bagi dia. “Saya tidak pernah berpikir Mas, untuk bekerja ke luar negeri,” ujar Nuning menjelaskan.
Sedangkan bagi Santi, ini adalah pertama kalinya ia pergi ke Hong Kong. Namun, sebelumnya ia pernah naik pesawat menuju Singapura untuk bekerja di sana.
Baca Juga: TKI Singapura Campur Kotoran Haid dan Kencing Di Hidangan Majikannya, Alasannya Mengejutkan!
Kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru di luar negeri dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi dibanding bekerja di Indonesia, jadi alasan mereka untuk bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia Wanita (PMIW) di Hong Kong.
Pada awal tahun 2019 saja tercatat, setidaknya ada sekitar 165.000 PMIW yang bekerja di Hong Kong. Nuning dan Santi tentu saja, akan menambah lebih banyak jumlah PMIW yang bekerja di sana.
Dengan gaji Rp 8 Jutaan per bulan, tentu pendapatannya jauh lebih besar dibanding penghasilan di Indonesia. Meskipun dipotong untuk agen. Sebelum Nuning memutuskan menjadi PMIW di Hong Kong, Ia pernah bekerja di sebuah minimarket bahan bangunan di Purwokerto, Jawa Tengah sebagai penjaga toko.
Purwokerto adalah kota asal perempuan berambut panjang sebahu tersebut. “Saya lima tahun bekerja di Purwokerto jadi kasir di salah satu minimarket toko bangunan. Ya Bosan, soalnya kerjanya hanya itu-itu saja dan gajinya nggak naik-naik” terang perempuan yang tamat SMA tersebut.
Selama lima tahun bekerja sebagai kasir di Purwokerto, upah tertinggi yang pernah Nuning terima adalah Rp 2,5 juta per bulan.
Baca Juga: Tahun Baru Buat Kerusuhan, Ratusan Warga Hong Kong di Tahan Polisi
Sementara gaji Nuning sebagai pekerja rumah tangga di Hong Kong, mencapai 4.520 dolar Hong Kong per bulan atau sekitar Rp 8,16 juta per bulan. Sedangkan untuk tempat tinggal dan kebutuhan makan Nuning sehari-hari, akan ditanggung pihak keluarga majikan.
Hal tersebut sama dengan yang dijanjikan oleh agen atau perusahaan penyalur PMI di Hong Kong, kepada Santi. Tentu saja tawaran yang menggiurkan itu membuat perempuan tamatan SMP yang pernah menjadi PMI di Singapura selama dua tahun itu tertarik untuk berangkat ke Hong Kong sebagai PMI.
Wanita asal Bojonegoro tersebut, memang tertarik bekerja di Hong Kong sebagai Pekerja Rumah Tangga karena selain gajinya besar, juga ingin mencari pengalaman hidup di sana.
Dari sekilas, skema pengupahan ini mampu membuat kedua calon PMI tersebut dapat menyimpan gajinya selama bekerja di Hong Kong.
Tetapi di luar itu, nyatanya mereka harus mengirim sebagian gaji mereka tiap bulannya sebesar 1.600 dolar Hong Kong atau sekiatr Rp 2,89 juta per bulan kepada agen yang membawa mereka bekerja di Hong Kong.
Baca Juga: Lowongan Pekerjaan di Selandia Baru, Peluang Untuk PMI
Tentu saja, besaran gaji yang diterima oleh Nuning dan Santi secara bersih hanya 2.920 dolar Hong Kong setiap bulannya atau sekitar Rp 5,27 juta per bulan.
Namun, hal tersebut tidak membuat Nuning dan Santi mempermasalahkannya, karena dengan gaji sisa yang bakal mereka terima cukup sebanding. Pasalnya, seluruh biaya administrasi serta perjalanan Nuning dan Santi untuk bisa tiba di Hong Kong ditanggung sepenuhnya oleh agen mereka tersebut.
Tidak hanya itu saja, perusahaan penyalur PMI tersebut juga telah memberi pelatihan untuk berbahasa Kanton, bahasa utama di Hong Kong, dan juga berbagai keterampilan dasar menjadi pekerja rumah tangga selama tiga bulan sebelum keberangkatan mereka.
Baca Juga: Berkat Postingan Facebook, TKI Ini Berhasil Selamat di Bandara Dubai
Sedangkan untuk bahasa Inggris, mereka mengaku tidak diajarkan. Hanya difokuskan untuk belajar berbahasa Kantonis saja. Pasalnya, pekerjaan mereka secara langsung hanya berhubungan merawat orang tua dan majikan di dalam rumah tangga.
Sehingga bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah Kantonis saja. Untuk Nuning, nantinya akan bekerja di rumah majikannya yang tinggal di sebuah Apartemen Diamond Hill, Hong Kong.
Sedangkan Santi, akan bertugas merawat anak kecil, anak majikannya yang tinggal di wilayah Tolo. Perempuan berhijab itu bakalan merawat anak majikannya di Hong Kong selama dua tahun.
Tentu saja, selama itu, ia harus menahan rindu bertemu dengan anak kandungnya yang ternyata juga masih kecil.
Tentu merupakan suatu dilema dan pengorbanan yang besar yang harus dilalui dan dilakukan para Pekerja Migran Indonesia Wanita tersebut, selama bekerja tahunan di negara orang.
Tak hanya menahan rindu, mereka juga harus menahan kerasnya cobaan selama bekerja di Hong Kong. Namun, gaji yang besar dan hidup keluarga yang makmur nantinya menjadi penyemangat mereka selama ini.
Begitulah sekelumit cerita tentang PMI yang bekerja di Hong Kong. Jadi apakah Sahabat Migran akan mengikuti jejak Nuning dan Santi?