RumahMigran.com – Tidak semua orang bisa berlaku sabar, terutama ketika tertimpa musibah. Terutama relevan dengan kejadian saat ini, tidak semua orang mempunyai sifat sabar dalam menghadapi musibah pandemi Corona.
Ujian di tengah pandemic ini sangat berat, karena begitu cepat Corona menyebar dan memakan korban banyak masyarakat tak berdaya. ratusan ribu nyawa tewas akibat virus mematikan itu.
Corona juga membuat banyak para pengusaha dan mikro dan makro gulung tikar. Para pekerja pun terpaksa harus dirumahkan. Ojek online juga sepi orderan karena kebijakan karyawan bekerja di rumah, belajar di rumah.
Corona membuat kita harus mengganti sholat Jum’at dengan shalat zuhur di rumah. Corona pun membuat umat Islam di dunia tidak bisa menjalankan ibadah umrah dan Haji. Tanah Suci pun ditutup untuk umum.
Dua tempat haram, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi diisolasi. Musibah yang benar-benar harus dihadapi umat Islam saat ini. Masalah terbesar yang kita hadapi adalah ketidakpastian. Meski kita yakin, Allah SWT pasti menciptakan penyakit sekaligus dengan obatnya.
Kesabaran menjadi senjata orang beriman dalam menghadapi ujian seperti sekarang. Allah SWT menggambarkan mereka yang bersabar dengan begitu banyak derajat dan kebaikan.
Mereka pun dijanjikan imbalan yang begitu besar. “Dan sungguh Kami akan benar-benar memberi balasan kepada orang-orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl: 96).
Tidak ada upaya pendekatan kepada Allah SWT melainkan pahalanya ditentukan dan dihitung kecuali sabar. Allah menjanjikan, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah: 153).
Sabar adalah sebuah ungkapan mengenai teguhnya motivasi agama dalam menghadapi serangan hawa nafsu. Faktor agama ini merupakan petunjuk manusia yang mengantar kepada kebaikan.
Faktor tersebut yakni ma’rifat kepada Allah dan Rasul-Nya. Pun ma’rifat mengenai berbagai kemaslahatan yang berhubungan dengan akibat-akibat perbuatan. Itulah sifat pembeda manusia dengan binatang dalam memutus syahwat.
Sementara itu, motivasi hawa nafsu merupakan pelampiasan syahwat sesuai dengan tuntunannya. Maka dari itu, barang siapa menahan amarahnya untuk terus menentang syahwatnya, ia termasuk dalam golongan orang-orang sabar.
Jika seseorang kalah dan lemah hingga dikuasai oleh syahwat serta tidak bersabar untuk menolaknya, dia termasuk golongan pengikut setan.
Setiap hamba perlu bersabar pada segala hal yang menimpanya. Baik sesuai dengan keinginan maupun tidak. Ketika dia mendapatkan sesuatu seperti kesehatan, keselamatan, harta, kedudukan, keluarga, hingga pengikut, dia harus bersabar.
Sesungguhnya sifat sabar dalam menghadapi pandemi Corona, merupakan salah satu ibadah manusia ketika mendapatkan cobaan dan musibah. Memang, musibah kali ini begitu dashyat, yang mengakibatkan puluhan negara di dunia terkena imbas baik secara kesehatan dan ekonomi.
Tidak heran jika Allah SWT mengingatkan hamba-hamba-Nya terhadap berbagai ujian tersebut. “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan janganlah pula anak-anak kalian melalaikan kalian dari zikir kepada Allah.” (QS Al Munafiqun: 9).
Berikutnya, ketika kita mendapatkan sesuatu tidak selaras dengan hawa nafsu.
Adakalanya sesuatu itu berhubungan dengan ikhtiar hamba seperti ketaatan dan kemaksiatan. Berikutnya, tidak berhubungan dengan ikhtiar tersebut seperti musibah yang kita hadapi sekarang.
Menurut Imam Al Ghazali, kesabaran itu memiliki kedudukan yang paling tinggi. Derajat kesabaran dalam musibah hanya dapat diperoleh dengan meninggalkan kesedihan yang amat dalam.
Manusia memiliki sifat sabar yang besar, dikala menerima ujian dan cobaan dari Allah SWT tidak serta merta menyalahkan keadaan dan kemudian lalai dan berpaling dari-Nya.
Adakalanya mereka menangis dengan raungan hingga menyalahkan takdir atas musibah yang dialaminya. Kesabaran membuat kita menjauhi perbuatan itu.
Sikap ridha dengan ketetapan Allah Ta’ala serta meyakini itu adalah titipan yang diambil kembali Pemiliknya merupakan sikap terbaik sebagai hamba.