RumahMigran.com – Sering mendengar peristiwa kekerasan dan tidak mengenakkan yang menimpa Pekerja Migran Indonesia (PMI) Hong Kong, yang beberapa diantaranya dipicu kurangnya para PMI Hong Kong tersebut, kurang memahami budaya penduduk Hong Kong, khususnya majikan di tempat mereka bekerja.
Budaya adalah suatu unsur yang penting dari sebuah negara yang tidak mungkin bisa dihilangkan. Hong Kong menerapkan dualitas kehidupan modern sekaligus tradisi yang seiring jalan.
Jadi apabila Sahabat Migran hendak tinggal di Hong Kong, baik untuk belajar, bekerja atau berwisata dalam jangka waktu yang lama, sudah sepatutnya belajar beragam budaya tionghoa khas Hong Kong berikut ini, supaya dikemudian hari tidak terjadi kesalah pahaman dengan penduduk asli Hong Kong, yang memicu kasus-kasus kekerasan terhadap penduduk pendatang.
1. Feng Shui
Secara harfiah, feng shui memiliki arti angin dan air, di mana dalam praktik China kuno digunakan untuk panduan penempatan objek dan bangunan yang selaras dengan alam demi menghindari sial.
Mayoritas penduduk Hong Kong percaya akan manfaat feng shui yang mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan. Oleh sebab itulah mengapa, dikala membeli rumah baru, melakukan perencanaan pembangunan kantor, hingga proyek arsitektur besar semuanya menerapkan teknik feng shui di dalamnya.
Bahkan feng shui ini akan banyak ditemui di setiap sudut kota Hongkong ini sendiri. Misalnya, penempatan dua patung singa perunggu di depan gedung utama HSBC. Berkat kesuksesan yang diraih HSBC, tak sedikit orang yang percaya bahwa kedua patung singa itu yang membawa keberuntungan.
2. Festival Cheung Chau Bun
Ini adalah salah satu festival kebudayaan di pulau Cheung Chau Bun di Hong Kong yang rutin diadakan setiap hari kelima hingga kesembilan, setiap bulan keempat di kalender.
Penduduk yang tinggal di pulau Cheung Chau akan membuat patung para dewa, kemudian menyiapkan kostumnya dan membuat kue-kue serta membangun menara bambu untuk menyambut para wisatawan yang datang ke pulau mereka demi menyaksikan festival ini.
Pada mulanya, tradisi ini muncul pada tahun 1644 – 1911 di masa kepemimpinan dinasti Qing terakhir, saat terjadi wabah yang menjangkiti penduduk pulau Cheung Chau. Dikisahkan bahwa, penduduk membangun altar di depan kuil Pak Tai dan berdoa pada dewa Pak Tai untuk mengusir semua roh jahat sambil mengarak patung para dewa mereka.
Setelah ritual tersebut berakhir, ajaibnya wabah pun ikut sirna. Meskipun wabah telah berakhir, hingga kini ritual untuk memanggil roh baik tersebut tetap dilestarikan. Dalam festival ini, dimeriahkan dengan acara musik, parade, serta tarian naga yang menarik.
3. Teh China
Ditemukan oleh Kaisar Shennong pada tahun 2737 SM, teh telah menjadi bagian dari budaya China selama ribuan tahun.
Semua bermula saat kapal-kapal perdagangan yang membawa teh melewati Hong Kong menuju daratan Eropa, yang mana teh telah menjadi minuman khas di Inggris.
Dewasa ini, teh telah banyak disajikan di banyak restoran China, dengan aneka jenis dan aroma bunga serta teh hijau sebagai menunya.
Penduduk kota Hong Kong, rata-rata mengonsumsi teh dengan bermacam-macam manfaat antara lain, untuk melancarkan pencernaan, sebagai hidangan untuk tamu, pendamping saat makan hingga minuman kesehatan.
4. Festival Hantu Lapar
Menurut kalender China, pada bulan ke tujuh, yang menjelaskan waktunya para arwah kelaparan bergentayangan.
Di saat itulah bagi para penduduk menyiapkan sajian atau perjamuan untuk memuaskan arawah para leluhur mereka, terutama di hari ke-15 yang bertepatan dengan Yu Lan atau festival arwah lapar.
Tentu bagi para wisatawan, ini adalah saat terbaik untuk menyaksikan tradisi khas ini, di mana akan ada banyak orang melakukan pembakaran uang palsu yang dipercaya sampai ke arwah leluhur mereka. Selain daripada itu, diadakanlah juga pertunjukan opera china yang
5. Opera China
Merupakan sebuah pertunjukan bernuansa musikal yang menampilkan berbagai nyanyian falsetto yang khas, dengan diiringi alunan bunyi gong serta dengan menggunakan bahasa isyarat rumit yang penuh makna.
Tentu yang lebih menarik lagi, pertunjukan tradisional khas China berbentuk opera Kanton ini terus bertahan di Hongkong hingga kini, tanpa tergerus modernisasi.
Pertunjukan itu telah menjadi salah satu yang populer di kawasan China dan Asia Tenggara dan berhasil masuk ke dalam Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak Nyata Bagi Kemanusiaan UNESCO pad tahun 2009.
Budaya penduduk Hong Kong sebagian besar berasal dari masyarakat Tionghoa. Pasalnya, sekitar 93.6% penduduk Hong Kong merupakan keturunan Tionghoa.
Kebanyakan di antaranya adalah keturunan suku Taishan, Chiu Chow, Kanton, dan Hakka. Suku Han yang berada di Hong Kong mayoritas berasal dari provinsi Guangzhou dan Taishan di provinsi Guangdong.