RumahMigran.com – Dampak akibat covid-19 di Malaysia cukup parah, karena banyak warganya yang dinyatakan positif dan meninggal. Pemerintah Malaysia berusaha memutus mata rantai penyebaran dengan melockdown kota. Hal itu tentu berdampak bagi keberlangsungan hidup jutaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di sana.
Sekitar satu juta PMI di Malaysia mengalami kekurangan pasokan bahan pangan. Fakta tersebut diungkap oleh perwakilan Nahdlatul Ulama (NU) cabang Malaysia, organisasi Muslim terbesar di Indonesia.

Salah seorang PMI di Malaysia yang terdampak bernama Agung (30 tahun) mengatakan jika untuk menyambung hidup sehari-hari disaat lockdown, ia menyantap mie instan. Agung sebenarnya bekerja di sebuah pabrik di Malaysia, upahnya adalah Rp 7 juta per bulan. Naas, sejak pandemi covid-19 dan lockdown, perusahaan tempatnya bekerja belum mengupahnya.
Hal serupa dialami oleh banyak PMI Malaysia lainnya. Sejak pandemi covid-19, banyak pabrik di Malaysia tutup dan tidak mempunyai penghasilan.
Agung memperkirakan jika, stok makanan di tempat tinggalnya hanya mampu bertahan hingga lima hari ke depan. Bantuan yang datang pun hanya dari sumbangan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Sebenarnya gaji Rp 7 juta per bulan di Malaysia, merupakan upah yang rendah. Lebih dari 2,5 juta PMI memiliki upah yang sama dengan Agung. Mereka harus bergulat melawan kesulitan keuangan.
Sementara itu, Mahfud Budiono selaku Kepala Nahdlatul Ulama (NU) cabang Malaysia mengungkapkan bahwa PMI yang dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja ada 700.000 PMI yang terdaftar Pemerintah dan 1,5 juta keseluruhan PMI yang berada di Malaysia.
Para PMI tersebut bekerja pada sektor industri konstruksi, restoran dan layanan kebersihan. Bahkan menurut Mahfud, sekitar 400.000 PMI akan terancam kehilangan tempat tinggal sebab tak mampu membayar uang sewa tempat tinggal Rp 4,2 juta sebulan.

Beserta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lainnya, NU membagikan bantuan makanan kepada PMI di sekitar Kuala Lumpur dan Selangor. Namun, upaya itu belumlah cukup karena saking banyaknya jumlah PMI.
Pemerintah Malaysia melalui Menteri Wilayah Federal bahkan telah membantu menyumbang 1000 karung beras sejumlah masing-masing 5 kg untuk para PMI.
Begitu juga, Kementerian Luar Negeri Indonesia telah turut mendistribusikan 100.000 paket sembako kepada para PMI di Malaysia.

Sejak penerapan lockdown di Malaysia, menurut keterangan Teuku Faizasyah selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, 62.000 orang PMI Malaysia telah dipulangkan ke Tanah Air.
Sebab, sejak lockdown dan banyak perusahaan berhenti beroperasi, alhasil PMI di Malaysia banyak yang terkatung-katung tanpa penghasilan dan pekerjaan.
Satu-satunya keinginan meraka adalah pulang ke kampung halamannya di Indonesia. Adapun Pemerintah Indonesia menerapkan aturan yang ketat bagi para PMI yang hendak pulang ke Indonesia, yakni sesuai protokol kesehatan.

Menurut Jaleswari Pramodhawardani, Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), saat ini pemerintah bersama kementrian dan lembaga terkait tengah mengusahakan bantuan dan kepulangan kepada PMI secara serentak dan berskala. Mereka adalah PMI Malaysia, PMI India, ABK di luar negeri. Semoga langkah ini dapat dipercepat mengingat, dampaknya sangat luar biasa bagi PMI di luar negeri.
Dampak akibat covid-19 bagi PMi di Malaysia memang sangat nyata. Sudah kehilangan pekerjaan, mereka juga tidak punya apa-apa untuk menyambung hidupnya. Apalagi, mereka jauh dari keluarga dan sanak keluarga.
Sungguh ironi, disaat PMI mempunyai tujuan memperbaiki ekonomi mereka dengan bekerja di negeri rantau Malaysia, mereka terkena dampak akibat covid-19 yang memaksa mereka mengharap belas kasihan tangan Pemerintah Malaysia dan Indonesia. Semoga, bencana ini lekas berakhir.