RumahMigran.com – Inovasi dalam panduan budidaya bawang merah penting untuk mendatangkan laba bagi petani. Adanya pembaharuan akan membantu petani mengatasi fluktuasi harga dan kebijakan impor bawang merah yang menjatuhkan harga komoditas ini.
Secara permintaan, bawang merah (Allium ascalonicum) masih menjadi primadona masyarakat Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dalam bumbu masakan. Sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, bawang merah perlu dikembangbiakkan di luar musim. Hal ini menyusul acapkali adanya pembatasan kegiatan budidaya di musim puncak.
Seperti diambil dikutip dari Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, akan dipaparkan tentang panduan budidaya bawang merah dan langkah membudidayakannya. Seperti diketahui, jika bawang merah harus terkena sinar matahari setidaknya 12 jam sehari.
Syarat wajib lainnya adalah ditanam di dataran rendah dengan ketinggian antara 0 dan 900 meter dari permukaan laut.
Temperatur yang cocok berkisar 25 hingga 32 derajat Celcius. Tingkat keasaman tanah idealnya antara pH 5,6 hingga 7. Para petani bawang di Brebes, Jawa Tengah, berbagi cara membudidayakan bawang merah di bawah ini. Sebagaimana diketahui, Brebes adalah salah satu pusat budidaya bawang merah terbesar di Indonesia.
Baca Juga: Cara Tepat Mendulang Rezeki Hasil Pertanian, Dengan Cara Hidroponik
1. Panduan budidaya bawang merah yang pertama yakni, menyeleksi benihnya
Terdapat banyak varietas benih untuk budidaya bawang merah, mulai dari lokal hingga dari luar negeri. Umumnya, bentuk benih berupa biji dan umbi. Para petani di pusat budidaya bawang merah lazimnya memilih umbi.
Umbi sebagai benih harus yang sudah tua, berumur lebih dari 80 hari untuk dataran rendah, dan 100 hari untuk dataran tinggi. Kemudian, benih minimal disimpan antara dua dan tiga bulan. Benih yang baik berukuran antara 1,5 dan 2 cm. Ia merah tua mengkilap, tidak cacat, dan bagus.
Untuk menentukan kebutuhan benih, perlu diperhatikan varietas, ukuran, dan jarak tanamnya. Semakin kecil bobot umbi, semakin sedikit kebutuhan umbi per hektar. Sebagai contoh, sekitar 1,4 juta ton benih per hektar akan dibutuhkan jika memilih umbi berbobot 5 gram untuk jarak tanam 20×20.
Baca Juga: Yuk, Menanam Bawang Putih Dengan Cara Hidroponik Untuk Penghasilan Tambahan!
2. Yang kedua adalah mengolah dan menanam
- Pertama-tama, buatlah bedengan dengan lebar antara 1 dan 1,2 meter, tinggi 20 hingga 30 cm sedangkan panjang sesuai keadaan kebun. Buatlah jarak sekitar 50 cm antar bedengan yang sekaligus menjadi parit sedalam 50 cm. Kemudian, gemburkan tanah dengan mencangkul bedengan sedalam 20 cm. Buat rata permukaan bedengan.
- Setelahnya, taburkan kapur atau dolomit antara 1 dan 1,5 ton per hektar jika keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Lakukan ini dua minggu sebelum mulai menanam.
- Sebagai pupuk dasar, pupuk kompos atau pupuk kandang bisa dipilih dengan jumlah kantong antara 15 dan 20. Taburkan pupuk di atas bedengan lalu aduk dengan tanah. Tambahkan di atas pupuk dasar tersebut pupuk urea, ZA, SP-36 dan KCL masing-masing 47 kg, 100 kg, 311 kg, dan 56 kg per hektar. Baurkan semua pupuk buatan tersebut sebelum disebarkan. Tunggu seminggu sebelum akhirnya menanami bedengan tersebut.
- Setelah bedengan siap, hadirkan benih berupa umbinya. Lakukan pemogesan atau memotong ujung umbi sekitar 0,5 cm jika usia umbi kurang dari dua bulan. Pemogesan bermanfaat untuk memecahkan masa dorman dan merangsang tumbuhnya tanaman lebih cepat.
- Benamkan seluruh bagian umbi ke dalam tanah untuk mulai menanamnya. Jarak tanam saat musim kemarau 15×15 cm sedangkan saat musim hujan diberi jarak 20×20 cm.
Baca Juga: Budidaya Bawang Putih Hidroponik, Tidak Sulit loh Caranya!
3. Yang ketiga Merawat bawang merah
- Ada beberapa kegiatan untuk memelihara bawang merah. Yang pertama adalah menyiramnya dua kali dalam sehari setiap pagi dan sore. Lakukan ini hingga bawang merah berumur 10 hari. Penyiraman bisa dikurangi menjadi sekali sehari.
- Kedua, pemupukan yang diberikan setelah bawang merah berusia dua minggu. Aduk rata campuran urea, ZA, dan KCl. Masing-masing berbobot 93 kg, 200 kg, dan 112 kg untuk setiap hektarnya. Pada minggu ke-5, lakukan pemupukan susulan dengan komposisi urea, ZA, KCl masing-masing seberat 47 kg, 100 kg, dan 56 kg, setiap hektarnya. Buatlah garitan di samping tanaman dalam melakukan pemupukan.
- Ketiga, menyiangi gulma yang bisa dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Bisa menyiangi gulma bersama dengan pemberian pupuk susulan. Tetapi jika gulma sudah banyak sekali, lakukan penyiangan tanpa harus menunggu waktu memberikan pupuk susulan.
Baca Juga: Begini Cara Budidaya Cabai, Ternyata Tidak Sulit Dengan Lahan Terbatas!
4. Panduan yang keempat adalah mengatasi hama dan penyakit
Ada banyak jenis hama dan penyakit yang bisa menyerang bawang merah. Yang paling sering adalah hama ulat dan penyakit layu. Jika terserang hama ulat (Spodoptera sp.), daun tanaman bawang merah akan memunculkan bercak putih. Gigitan ulat seperti menggerogoti daunnya jika melihat menggunakan teropong.
Solusinya adalah dengan memungut memakai tangan sendiri lalu memusnahkan ulat dan telurnya. Solusi lain adalah dengan menggunakan feromon sex perangkap sebanyak 40 buah untuk setiap hektar. Pilihan terakhir adalah insektisida berbahan aktif klorfirifos jika kerusakan akibat hama ulat mencapai lebih dari 5% untuk rumpun daunnya.
Indikator terkena penyakit layu fusarium adalah menguningnya daun dan pangkal batang membusuk. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Solusinya adalah dengan mencabut tanaman mati lalu membakarnya. Gunakan fungisida untuk menyemprot.
Baca Juga: 6 Panduan Menanam Cabe Merah untuk Datangkan Cuan Dari Pertanian
5. Panduan budidaya yang keenam adalah memanen bawang merah
Yang terakhir dalam panduan budidaya bawang merah ini adalah pemanenan. Tanaman bawang merah siap dipanen jika 60-70 persen daun sudah mulai rebah. Bisa juga dengan mengecek umbi yang bisa dikatakan siap panen jika tingkat kerebahan lebih dari 90%.
Umumnya, bawang merah siap dipanen setelah 55 hingga 70 hari sejak ditanam. Tetapi ini tergantung pada kondisi lahan, iklim, dan varietasnya. Setelah dipanen, keringkan umbi bawang merahnya selama tujuh hingga 14 hari. Balikkan umbinya setiap dua hingga tiga hari sekali. Petani siap menyimpan atau menjual bawang yang telah kering dimana kadar air mencapai 85%.
Untuk bawang merah di Indonesia, panen bisa menghasilkan 3 hingga 12 ton per hektar dengan rata-rata produksi nasional mencapai 9,47 ton per hektar. Nah, selamat mencoba Sahabat Migran yang baik, semoga berhasil!