RumahMigran.com – Sahabat Migran yang berada di Korea Selatan apakah pernah mendengar kisah tentang Jindo Modo? Menurut kepercayaan orang-orang Korea, Jindo Modo adalah kisah yang mirip dengan kisah balada Nabi Musa yang mampu membelah lautan setelah memukulkan tongkatnya ke laut. Kisah Nabi Musa terjadi saat dikejar raja Fir’aun waktu hendak menyeberang dari Mesir menuju Palestina.
Nabi Musa dapat membelah laut Merah yang akhirnya menjadi kuburan massal Raja Fir’au dan bala tentaranya. Kisah ini diimani oleh tiga agama dan tercatat dalam kitab Taurat, Injul dan Al Qur’an. Nah, Korea Selatan punya kisah mirip dengan kisah Nabi Musa di Mesir yakni Jindo Modo. Inilah kisah Jindo Modo yang hingga kini masih meninggalkan jejak yakni laut yang terbelah.
Baca Juga: 6 Hal Unik Berikut Ini Hanya Dapat Kamu Temukan di Dubai, Ada Pohon Wifi
Kisah ini berasal dari cerita masa lalu di Pulau Jindo yakni ada seekor harimau besar dan kuat menyerang pulau itu. Semua orang melarikan diri, kecuali seorang wanita tua yang malang.
Ia pun bermunajad, berdoa dan berpasrah diri kepada dewa laut, meminta dewa untuk membuka perairan dan membiarkannya lewat ke pulau tetangga, Modo. Tidak disangka jika doa dan keinginannya pun terkabul.
Kini, jejak kisah tersebut menjadi destinasi wisata di Pulau Jindo dan Pulau Modo. Wisatawan bisa merasakan sensasi laut yang surut membentuk jalanan dan menghidupkan kembali kisah mengenai wanita tua yang dikejar harimau dan menyeberangi Laut Kuning.
Baca Juga: Hilangnya 5 Peradaban Maju Yang Pernah Ada di Bumi, Masih Sisakan Misteri
Pasang surut air laut ini pun terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Mei dan pertengahan bulan Juni. Jalan ini melintasi hampir sepanjang dua mil dengan lebar lebih dari 120 kaki atau 36 meter.
Pengunjung dan wisatawan dari masing-masing pulau, secara tradisional berjalan ke tengah jalan lintas untuk bertemu satu sama lain dan merayakannya.
“Moses Miracle” Jindo ini memperoleh popularitas pada tahun 1975. Saat itu seorang jurnalis Prancis bepergian melalui Korea Selatan dan menuliskan fenomena tersebut. Legenda pun menyebar dan wisatawan berbondong-bondong ingin merasakan sensasi berjalan di tengah laut.