RumahMigran.com – Sederhana tetapi go Internasional. Sri Astuti sukses membuat produk bawang goreng yang laris hingga menembus pasar global dari dalam rumahnya sendiri. Dengan merk “Bawang Goreng Sri Rejeki”, kini merasakan buah manis kerja kerasnya.
Tentunya, keberhasilan di balik bawang goreng sri rejeki yang go Internasional bukannya tanpa perjuangan. Sri Astuti melihat peluang menjual bawang goreng setelah sebelumnya menekuni bisnis katering dan abon.
Asli penduduk Yogyakarta yang tinggal di Palu
Sri Astuti berasal dari kota Yogyakarta. Pada 1981, ia pindah mengikuti karir sang suami yang dipindahtugaskan ke Palu sebagai Pegawai Negeri Sipil atau PNS di Dinas Pertanian setempat.
Baca Juga: Dapat Awet Hingga 2 Bulan, Pelajari Cara Buat Sambal Teri dan Peluang Bisnisnya Berikut Ini!
Ia memberanikan diri membuka usaha pada 1984. Katering menjadi bisnis pertama yang ia jajal pada tahun yang sama. Abon dirambah pada 1997. Dari yang awalnya hanya empat kilogram abon sapi, kini volume produksinya berlipat ganda.
“Dulu waktu pertama, untuk abon sapi sekali produksi hanya 4 kilogram (kg), sekarang sudah 50 kg, diproduksi dua kali seminggu jadi 100 kg,” terang Sri. Ia kemudian menambahkan varian abon lele dan ayam selain sapi.
Melirik bawang Lembah Palu
Sri mulai menjelajahi potensi usaha bawang goreng setelah berhasil mengelola bisnis abonnya. Wanita berumur 61 tahun tersebut memilih bawang khas Palu. Jenis bawang ini tumbuh apik di Lembah Palu, yang terletak di antara kota Palu dan Kabupaten Sigi.
Baca Juga: Resep Membuat Bawang Goreng Super Renyah & Tahan Lama, Cocok Untuk Dijual
“Kelebihan bawang goreng sri rejeki ini kadar airnya rendah sehingga sangat renyah jika digoreng,” jelasnya.
Setelah mantap dengan pilihan jenis bawang tersebut, Sri mengambil bawang dari petani yang menanamnya di Lembah Palu. Sri tidak menggunakan bahan pengawet. Ia mengolah sekitar 300 kilogram bawang mentah menjadi 100 kilogram bawang goreng.
“Sekitar 30 kilogram sampai 50 kilogram bawang goreng sri rejeki laku terjual dalam sehari,” ucapnya.
Produk bawang goreng sri rejeki yang laris tersebut tidak hanya merambah pasar domestik tetapi juga internasional. Tercatat konsumen “Sri Rejeki” tersebar hingga ke Amerika Serikat, Australia, dan Belanda.
Untuk menangani bisnis bawang goreng yang laris tersebut dan abon, sekitar 30 orang membantu keseharian usaha Sri. Seluruh perjuangan dan kontribusinya untuk ekonomi sekitar telah membuahkan penghargaan. Pada 8 Desember 2005, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menganugerahkan penghargaan kepada Sri Astuti berkat jasanya tersebut.
Tak jarang, ia mengikuti pameran baik di dalam maupun di mancanegara, contohnya di Singapura, Malaysia, bahkan di Prancis.
Baca Juga: Peluang Usaha Berjualan Cireng Dengan Mudah, Beserta Cara Membuat Dan Memasarkannya!
Tidak selalu mulus
Di balik keberhasilan bawang goreng sri rejeki yang mendunia, ada cerita pahit yang pernah ia alami. Pada 2005, bisnis Sri sempat jatuh lantaran tertipu hingga Rp125 juta.
“Ada yang pernah menawarkan produk saya dijual di salah satu department store di Jakarta. Saya sudah bayar Rp 125 juta tapi orangnya tak pernah muncul-muncul dan uang itu tak kembali,” kata Sri.
Tetapi, Sri tidak mau menyerah. Ia memilih bangkit dari keterpurukan tersebut hingga usahanya kembali bergeliat. Bahkan, bawang goreng yang laris tersebut bisa diimpor.
Hingga kini, Sri masih menjalankan bisnis bawang goreng sri rejeki. Dengan pendapatan dari bisnisnya tersebut, Sri dan suami berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus bangku kuliah.
Kepada yang ingin mencoba merintis bisnis, Sri berpesan agar siapapun harus cerdas dalam menangkap kesempatan.
“Harus berani. Untuk anak muda, jangan hanya bercita-cita jadi PNS, lebih bagus buka usaha sendiri,” pungkas Sri.