RumahMigran.com – Virus Nipah demikian disebut, virus yang ditularkan oleh kelelawar buah ini disebut-sebut jadi mesin pembunuh mematikan hingga 90% terhadap manusia.
Hal ini tentu jadi kekhawatiran tersendiri, mengingat dunia tengah berjibaku menghadapi pandemi covid-19 yang belum kunjung usai.
Virus Nipah menular dan dapat menjadi pandemi baru. Virus ini menyerang otak manusia dan dapat menyebabkan gejala mirip flu.
Badan kesehatan dunia WHO pun telah memperingatkan negara-negara di seluruh dunia untuk waspada dan siap menghadapi teror virus ini.
Virus ini pertama kali dikenali di Malaysia pada 1999 dan menyebar ke Singapura. Tercatat, orang yang terinfeksi virus ini, melakukan kontak langsung dengan babi yang terkontaminasi.
Sementara di Bangladesh dan India kasusnya ditemukan pada 2001, para korban yang terinfeksi tercatat mengonsumsi buah-buahan yang terkontaminasi air liur kelelawar pembawa virus tersebut.
Setelah itu, wabah Virus Nipah telah menyerang negara bagian selatan India, yakni Kerala. Dilaporkan bahwa pada 2018 telah merenggut 17 nyawa.
Sehingga negara-negara di Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab kemudian menghentikan sementara impor buah dan sayuran beku serta olahan dari daerah Kerala, karena dampak wabah yang terjadi di sana.
Sedang pejabat kesehatan di Bangladesh dan India percaya, hal itu terjadi karena warganya yang mengonsumsi jus kurma yang terkontaminasi oleh Kelelawar pembawa wabah.
Sementara diketahui, masa inkubasi virus ini berkisar antara 4-14 hari. Namun dilaporkan, bahwa masa inkubasi terlama adalah 45 hari.
Dan hingga kini belum dapat dipastikan penularan virus ini melalui droplet ataukah airborne.
Dan untuk gejala infeksi, penderita akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan. Beberapa penderita dikabarkan mengalami gangguan pernapasan akut parah.
Seorang ahli asal Thailand, Supaporn Wacharapluesadee, yang bekerja sebagai peneliti di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Center, telah menganalisis banyak sampel spesies pada Januari 2020, termasuk kelelawar.
Ia mengatakan, bahwa temuan virus Nipah itu sangat mengkhawatirkan dan belum ada obatnya hingga kini.