RumahMigran.com – Oyakodon adalah makanan enak khas Jepang yang memadukan kelezatan ayam dan telur dalam satu hidangan yang menyenangkan.
Sebagai salah satu menu andalan dari kuliner Jepang, oyakodon memiliki rasa yang khas berkat bumbu sederhana namun efektif, seperti kecap asin dan mirin, yang meresap ke dalam setiap potongan ayam dan telur.
Hidangan ini disajikan di atas nasi putih hangat, memberikan rasa yang seimbang antara gurih dan manis, serta menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan dan memuaskan.
Seiring dengan perkembangan zaman, oyakodon telah menjadi salah satu makanan enak khas Jepang yang sangat populer di Jepang dan dikenal di seluruh dunia.
Makanan ini tidak hanya mencerminkan keahlian kuliner Jepang dalam memadukan bahan-bahan sederhana dengan cara yang penuh rasa, tetapi juga menggambarkan kehangatan dan kenyamanan dari masakan rumahan.
Setiap mangkuk oyakodon menawarkan rasa yang otentik dan kenikmatan yang tak tertandingi, menjadikannya favorit di meja makan baik di Jepang maupun di luar negeri.

Oyakodon telah meraih status sebagai salah satu hidangan ikonik yang selalu ada di setiap restoran Jepang, membuktikan popularitasnya yang tak tergoyahkan.
Tapi tahukah Sahabat Migran, di mana sebenarnya oyakodon pertama kali diperkenalkan? Restoran legendaris yang berjasa dalam mengangkat nama oyakodon tersebut, berada di kawasan bersejarah Nigyocho, jantung kota Tokyo.
Restoran ini adalah Tamahide, yang didirikan pada tahun 1760, dalam kalender Jepang sekitar tahun ke-10 Era Horeki.
Tamahide bukan hanya tempat di mana oyakodon pertama kali diciptakan, tetapi juga merupakan saksi bisu dari evolusi kuliner Jepang selama berabad-abad.
Sejak saat itu, oyakodon terus menyebar ke seluruh Jepang dan dunia, berkat inovasi dan keahlian yang dimulai di restoran bersejarah ini.
Baca Juga: Kenali Washoku, Hidangan Tertua Dari Jepang Yang Lezat dan Nikmat

Pada masa itu, Jepang masih berada di bawah pemerintahan dinasti Tokugawa Shogunate, dan restoran Tamahide awalnya hanya menyajikan Hot Pot kepada para pelanggan.
Namun, setelah 100 tahun, Tamahide memutuskan untuk memperkenalkan inovasi baru: oyakodon. Inspirasi untuk hidangan ini muncul ketika beberapa pengunjung mulai mencampurkan sisa-sisa makanan dengan nasi putih dan telur mereka sendiri.
Menyadari potensi dari kombinasi sederhana namun lezat ini, istri dari pemilik restoran memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh.
Pada tahun 1891, di tengah Era Meiji, Tamahide meluncurkan oyakodon sebagai menu resmi, menandai awal dari salah satu hidangan paling ikonik dalam kuliner Jepang.
Keputusan ini tidak hanya memperkaya menu mereka, tetapi juga mengukuhkan Tamahide sebagai pelopor dalam memperkenalkan oyakodon ke publik, yang kini telah menjadi favorit di seluruh dunia.
Baca Juga: Mengenal Roti Jepang Melon Pan, Yang Terkenal Di Film Anime dan Manga

Di era modern, Tamahide membagi tempat makan menjadi 2 lantai. Tamahide menyajikan Oyakodon di lantai bawah, sedangkan hot pot, set meals, dan full course di lantai 2.
Meskipun restoran tempat membuat Oyakodon ini sudah berdiri selama 200 tahun, Namun restoran tersebut masih sangat diminati oleh penduduk Jepang dan turis mancanegara.
Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang antre untuk menikmati lezatnya Oyakodon setiap hari. Tentu saja hal ini menjadi suatu kebahagiaan sendiri bagi tempat lahirnya Oyakodon yang telah berusia sekitar 200 tahun tersebut.
Baca Juga: Berwisata Sambil Menjelajahi Restoran Halal Di Tokyo, Jepang

Di antara berbagai hidangan yang ditawarkan Tamahide, menu unggulan mereka adalah oyakodon istimewa bernama Gokui, yang dihargai ¥3.000, atau sekitar Rp398 ribu.
Setelah antrian panjang selesai, pengunjung akan disambut dengan pelayanan yang ramah, di mana setiap tamu akan dipandu masuk ke restoran sambil disuguhkan teh hijau segar dan kaldu ayam yang menenangkan.
Gokui, dengan harganya yang mencerminkan kualitas dan keunikan hidangan, menawarkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan, memperkuat status Tamahide sebagai tempat yang wajib dikunjungi bagi para pencinta oyakodon.
Warna kuning, mendominasi hidangan Gokui. Gokui bersinar seperti lautan emas, berkilauan di bawah lampu interior restoran seperti suara yang menandakan bunyi perut lapar, demikian filosofinya. Untuk dagingnya, Gokui menggunakan shamo Tokyo berkualitas tinggi.







