RumahMigran.com – PMI Purna Usaha Terapi; susahnya lapangan pekerjaan di dalam negeri membuat banyak WNI yang bekerja keras di luar negeri demi memperbaiki ekonomi keluarganya.
Dan dari cerita-cerita sedih perjuangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri, masih banyak PMI lainnya yang sukses dan bahagia setelah pantang menyerah bekerja.

Salah satu yang sukses dan beruntung itu adalah Lasmanawati, PMI purna yang mencoba peruntungan buka usaha terapi di daerah asalnya Lampung Timur.
Wanita 45 tahun itu adalah Warga Desa Lebung, Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur. Sepulangnya 10 tahun bekerja di Jeddah, Arab Saudi, wanita ini buka usaha therapis tradisional dengan menggunakan semacam alat listrik.
”Berbekal modal hasil dari kerja di Arab akhirnya saya memutuskan pulang kampung. Profesi ini tidak selamanya akan menjadi pekerjaan tetap, jadi ada batasan umur, ” kata Lasmanawati dikutip dari Media Jaringan Arinal Berkarya (JAYA).
Baca Juga: Mantan Gubernur NTB Tuang Guru Bajang, Akui Pernah Bekerja Sebagai Pekerja Migran Indonesia Di Luar Negeri

Hasil kerja kerasnya di Saudi Arabia oleh Lasmanawati tidak lantas ia habiskan. Namun dijadikan modal untuk mengembangkan usaha di Desa Lebung. Dengan usaha Terapis listrik , Lasmanawati sudah banyak menyembuhkan para pasien nya, mulai dari anak muda hingga lanjut usia.
” Metode pengobatan nya sangat mudah, pasien kita baringkan di tempat tidur dan dialiri alat yang mengandung listrik,” ujarnya.
Tak terasa, Lasmanawati pun sudah bergelut selama 7 tahun di bidang usahanya tersebut. Selama menjadi PMI pun, ia juga tidak pernah membayangkan profesi ini justru membuat dirinya banyak dikenal orang.
Baca Juga: Dulu Budak Di Negeri Orang, Kini PMI Hong Kong Ini Bos Beromzet Puluhan Juta

“Pasien saya datang dari berbagai penjuru Lampung, mungkin beberapa pasien yang datang memberitahu kepada warga lainnya sehingga pada datang kesini, ” tuturnya.
Banyak warga kampung Lasmanawati yang menjadi PMI di negeri orang. Bahkan sejumlah wilayah di Lampung Timur merupakan lumbung penyedia PMI.
Bagi mereka yang sukses, tentunya bukan perkara yang sulit untuk memulai suatu usaha baru. Namun bagi yang kurang beruntung dan tidak pandai mengelola keuangan, itu memerlukan perhatian pemerintah.
“Kasihan sama mereka yang tidak ada modal dan tidak beruntung semasa bekerja di luar negeri. Ini perlu upaya dan campur tangan pemerintah, jangan dibiarkan warga menderita hanya karena mereka pulang membawa kegagalan,” ungkapnya.

Lasmanawati tidak menyangkal bahwa asumsi masyarakat bahwa menjadi PMI itu enak. Sebab bayaran di luar negeri sangat menggiurkan. Namun tak banyak disadari orang, menjadi PMI justru membuat hudup mereka berbanding terbalik dari situasi yang sesungguhnya.
Bahkan, menurut Lasmanawati ibarat terperangkap di tengah situasi perang. Perang dalam hal ini yakni perang melawan ketertinggalan di negeri sendiri.
“Saya sebagai mantan TKI dan kawan kawan kainnya ini mengadu nasib di negeri orang untuk memperbaiki perekonomian keluarga kami. Hasil yang kami dapat memang menggiurkan, namun siapa yang bisa menebak dibalik apa yang kami dapatkan ada hal yang sangat mengenaskan dan susah utuk diungkapkan ke publik, ” pungkasnya.