RumahMigran.com – Mantan PMI Hong Kong mendapat kehormatan dari Majalah bergengsi internasional Forbes untuk masuk dalam daftar 30 Under 30 yang menampilkan deretan anak muda yang bermukim di kawasan Asia, yang dinilai sebagai pemimpin muda yang menjanjikan, wiraswastawan yang berbakat ataupun game changer.
Mereka yang berhasil masuk dalam deretan rilis Under 30 itu karena dinilai mempunyai prestasi yang membanggakan dengan torehan hasil yang dapat dinikmati oleh orang banyak.
Di dalam daftar tersebut, terdapat 16 nama anak muda asal Indonesia. Salah satunya adalah Heni Sri Sundani (28) yang masuk dalam kategori Social Entrepreneurs.
Ia adalah pendiri Smart Farmer Kids In Action & AgroEdu Jampang Community atau seringkali disebut Gerakan Anak Petani Cerdas dan Komunitas AgroEdu Jampang.
Berikut sekelumit kisah Heni yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak pemuda-pemudi Indonesia.
Pernah Menjadi Seorang PMI Dan Kuliah Di Hong Kong
Melihat torehan prestasinya, siapa sangka jika Heni pernah bekerja di Hong Kong sebagai Pekerja Migran di sektor rumah tangga. Bahkan saat bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hong Kong, ia pernah ditipu oleh agen penyalur PMI yang mengirimnya ke sana.
Ia tidak menerima gaji yang seharusnya ia terima, gaji di dalam kontrak yang seharusnya 3.200 HKD, hanya diterima sekitar 1.800 HKD atau setara Rp 3 jutaan (kurs Rp 1.700 per HKD). Lebih parah lagi, potongan gajinya melebihi kesepakatan di dalam kontrak kerja.
Jadi selama tujuh bulan, gaji Heni dipotong oleh perusahaan pemberangkat PMI atau disebut P3MI. Dan selama masa potongan gaji itu, ia hanya menerima 200-300 HKD saja.
Tak berputus asa ditipu P3MI, Heni memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke D3 jurusan IT di Topex, Hong Kong.
Setelah berpindah majikan kedua dan mendapatkan gaji yang penuh sesuai kontrak kerja. Heni memutuskan untuk kuliah di Saint Mary’s University Hong Kong. Hingga berhasil lulus dengan predikat cumlaude sebagai Sarjana Dibidang Entrepreneurial Management.
Pada saat memutuskan kuliah di Saint Mary’s University Hong Kong, Heni membiayai kuliahnya sendiri dengan menjadi kontributor di banyak koran-koran Hong Kong dan Taiwan yang berbahasa Indonesia.
Heni pun sering mengikuti lomba-lomba penulisan yang diadakan di Hong Kong. Dari situlah ia mendapatkan cukup uang untuk membiayai kuliahnya. Dan sebagian besar gajinya, ia kirimkan pada ibu dan neneknya di Ciamis.
Sepulangnya dari kerja di Hong Kong, Heni banyak mengisi aktivitas yang berhubungan dengan sosial dan kemanusiaan.
Ia sering menjadi pembicara mengenai isu PMI dan tentang inspirasi usaha bagi para PMI purna.
Menikah Dan Menyelesaikan S2 Di Tanah Air
Pada tahun berikutnya, Heni menikah dengan seorang pemuda bernama Aditia Ginantaka. Kebetulan yang suami juga mempunyai pandangan dan kepedulian yang sama terhadap dunia pertanian dan masyarakat petani di daerah daerah.
Lebih jauh bahkan Heni dapat menjadi seorang Dosen di Universitas Djuanda, Bogor dan dapat menyelesaikan kuliah S2nya yang ia ambil di Bumiputera School of Business.
Meskipun telah sukses menjadi seorang Dosen dan menyelesaikan pendidikan tingginya, Heni malah semakin aktif memperhatikan dan bergerak untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terkait dengan Pekerja Migran Indonesia di luar negeri.
Pengalamannya di Hong Kong selama 6 tahun, telah dipublikasikan di berbagai media massa di Hong Kong yang berbahasa Indonesia dan juga berbagai pemberitaan di media komunitas di luar negeri.
Memang permasalahan PMI di luar negeri banyak orang yang tidak mengerti, seperti pemalsuan data dan pemotongan gaji sepihak oleh pihak perusahaan pemberangkat PMI (P3MI) dan banyaknya kontrak yang tidak sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan setempat.
Mendirikan Komunitas Usaha Petani Dan Keluarganya
Tidak mau berlama-lama membantu para petani di daerahnya, ia pun mendirikan Smart Farmer Kids In Action, dan AgroEdu Jampang Community atau yang awam disebut Gerakan Anak Petani Cerdas dan AgroEdu Komunitas Jampang di Bogor, Jawa Barat.
Yang mempunyai program sosialpreneur yang tujuannya memberdayakan semua keluarga petani. Kegiatannya mulai dari memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak petani, memberikan pendidikan kesehatan, pembentukan kelompok petani hingga pemberdayaan desa dan kampung.
Melalui dua kegiatan tersebut, Heni dan sang suami berhasil memberdayakan ratusan keluarga petani yang tersebar di 40 Kabupaten di pulau Jawa dan Lombok.
Heni berharap dapat menumbuhkan generasi agropreneur dan agropreneur junior. Tujuannya, warga kampung yang menekuni dunia pertanian dan investor yang memiliki uang mau menanamkan modalnya di bisnis pertanian tersebut.
Begitupun dengan generasi muda. Heni mengajak dan menyadarkan para petani bahwa pertanian itu menjanjikan selamanya, karena pertanian mendapat posisi penting di dalam kehidupan sebab sampai kapanpun manusia akan selalu butuh makan.
Dalam menjalankan kegiatan tersebut, Heni dan sang suami Aditia, menjalankan prinsip sosiopreneur yakni mulai dari mengelola toko online Bangjampang.com yang menjual aneka produk pemberdayaaan para PMI, Petani dan para Janda yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Heni dan Aditia juga menggagas pengelelolaan agrowisata Bogor Agroedu Tourism, dan agribisnis tour EmpowerIN Academy di Jampang, Bogor.
Menurut Heni, bisnis yang dijalankan bukanlah yang bisnis berbasis profit oriented tetapi bisnis yang bertujuan untuk memberi solusi kepada masyarakat petani dan berpenghasilan rendah supaya hidupnya menjadi lebih makmur.
Tidak hanya itu saja, Henipun menginsiasi suatu gerakan yakni #MembeliUntukMemberdayakan. Yaitu suatu gerakan mengajak kepada khalayak untuk membeli produk-produk organik langsung dari para petani.
Terdapat juga program yang ia inisiasi yang bernama #InvestasiHewanQurban. Disini, ia membuka kesempatan luas bagi investor yang hendak berinvestasi dalam bentuk hewan Qurban dengan sistem bagi hasil 40 % bagi investor dan 60 % bagi petani dhuafa untuk pengelolaannya.
Mantan PMI Hong Kong ini berharap target dari semua yang dijalankan itu bertujuan untuk mendorong masyarakat terutama keluarga PMI, supaya tidak lagi kembali bekerja ke luar negeri dengan resiko meninggalkan keluarga mereka.
Ia juga berharap para petani dan buruh tani lebih berdaya dan makmur di kampungnya.
Ia tidak mau mereka menjual lahan pertaniannya dan bekerja sebagai buruh murah tanpa keterampilan dan berharap para penambang pasir liar dapat memiliki pilihan pekerjaan yang lebih aman dan tidak merusak alam di daerahnya.
Maka atas usaha dan pengabdiannya itu, mantan PMI Hong Kong tersebut diganjar oleh Forbes masuk ke dalam daftar 30 Under 30 Asia untuk kategori social entrepeneurs.
Melalui laman Facebook-nya, Heni mengucapkan syukur atas keberhasilannya masuk dalam daftar Forbes yang merupakan majalah bisnis bergengsi di dunia tersebut.
Punya pertanyaan seputar dunia migran, langsung saja tulis pada kolom komentar di bawah ya! Punya pengalaman bekerja di luar negeri dan ingin berbagi, silahkan kirim tulisannya ke email Rumah Migran: cs@rumahmigran.com